Keluarga atau
sahabat anda ada yang terkena penyakit kusta? Jangan takut dan jangan
mengucilkan penderita penyakit kusta. Kini para ahli farmasi sudah
menemukan obat yang bisa menyembuhkan kusta dalam setiap tahap penyakit,
tergantung dari tipe penyakit dan cepatnya deteksi. Dan 26 Januari
merupakan Hari Kusta Sedunia.
Bagi anda yang
memiliki keluarga pengidap kusta, jangan takut dan jangan pula
dikucilkan, karena kini penyakit kusta sudah bisa disembuhkan.
Penyembuhan kusta dimungkinkan ketika ditemukan obat kusta, yaitu Dapson
yang digunakan sejak 1941. Obat ini lalu dikombinasikan dengan
Rifampicin dan Lampren, yang kemudian dikenal sebagai multi drug therapy
atau MDT.
Menurut dokter
Sri Astuti Soeparmanto, kepala Badan Litbangkes, yang mewakili Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2M
& PLP) di Jakarta beberapa waktu lalu, penyakit kusta tipe PB (Paucibacillary)
atau tipe kering, memerlukan waktu pengobatan selama 6 bulan.
Sedangkan
pengobatan kusta tipe MB (Multibacillary) atau tipe basah, membutuhkan
waktu 12 bulan. "Bila ditemukan cepat, maka pengobatannya mudah dan
sembuh tanpa cacat. Tapi bila ditemukan terlambat, maka akan sembuh
dengan cacat," ujarnya.
Astuti
menyebutkan bahwa pemerintah memperingati Hari Kusta Sedunia (World
Leprosy Day), bertema Kemitraan dan Komitmen yang Kuat Modal Eliminasi
Kusta 2005, yang akan diperingati Minggu, 26 Januari ini.
Tujuan
peringatan ini, katanya, terutama untuk meningkatkan kesadaran dan
kepedulian berbagai pihak dalam pemberantasan penyakit kusta. Supaya
penyakit ini tidak lagi menjadi masalah kesehatan dan menghilangkan
stigma di kalangan masyarakat.
Penyakit kusta
merupakan penyakit menahun yang disebabkan oleh kuman kusta, atau
Mycobacterium leprae, yang menyerang syaraf tepi dan kulit. Penularan
kusta secara pasti belum diketahui. Sebagian besar ahli berpendapat
penularannya melalui udara, dan dengan adanya kontak kulit dengan kulit
penderita yang berlangsung lama.
Umumnya
manusia kebal terhadap penyakit tersebut. Kusta yang menular adalah tipe
basah yang belum mendapat pengobatan. Manifestasi kusta terlihat dikulit,
yang merupakan bagian luar dari tubuh dan dapat dilihat orang. Bentuknya
seperti bercak, bentol-bentol pada kulit yang akan membentuk penampilan
seseorang jadi menakutkan.
Ironisnya,
lanjut Astuti, sebagian besar penderita kusta berasal dari masyarakat
kalangan ekonomi lemah.
Sudah lama
ada
Penyakit kusta
sudah lama ada di dunia. Dari literatur diketahui bahwa penyakit ini di
India sudah ada sejak 600 SM. Kusta berasal dari bahasa Sansekerta yang
berarti hilangkan (eating away). Sedangkan di Cina, kusta ditemukan
sejak 400 SM.
Pada jaman
dahulu ketika pengobatan kusta belum ada, banyak penderitanya yang
dibakar hidup-hidup, ditembak atau ditenggelamkan. Masyarakat sangat
takut terhadap penyakit ini, karena penderitanya tanpa pengobatan akan
mengakibatkan cacat yang mengerikan.
WHO pada akhir
2001 melaporkan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat ke empat
sebagai penyumbang penderita kusta terbanyak di dunia, setelah India,
Brazil dan Nepal. Sedangkan di wilayah Asia Tenggara, jumlah penderita
kusta di Indonesi terbanyak ketiga setelah India dan Nepal.
Namun dalam
kurun waktu 10 tahun (1990-2001) jumlah penderita kusta telah dapat
diturunkan secara drastis. Yakni dari 107.271 penderita menjadi kurang
dari seperenamnya, atau 17.137 penderita pada Desember 2001. Sebanyak
72,25% penderita berada di Jatim, Jabar, Sulsel, Jateng, Irian Jaya dan
DKI Jakarta.
Hingga 2001
penderita baru yang diketemukan berjumlah 14.061 orang, dan total jumlah
penderita yang telah disembuhkan sebanyak 272.252 orang.
Secara
nasional Indonesia telah mencapai eliminasi kusta sejak pertengahan
2000. Namun untuk tingkat provinsi dan kabupaten, hingga akhir 2002,
ternyata masih ada 12 provinsi dan 111 kabupaten yang angka
prevalensinya masih di atas 1/10.000 penduduk.
Secara
geografis daerah yang belum mencapai eliminasi ini, sebagian besar
terletak di kawasan timur Indonesia dan di wilayah yang sulit, seperti
Papua, Maluku Utara dan NTT. Ataupun daerah konflik seperti Nanggroe
Aceh Darussalam dan Maluku, serta daerah dengan populasi penduduk yang
tinggi, seperti Jatim, seluruh provinsi di P. Sulawesi dan Kalsel.
Peduli
kusta
Untuk
meningkatkan kepedulian terhadap kusta, Pendiri Yayasan Kusta seorang
wartawan berkebangsaan Prancis, bernama Raoul Fallereau telah
mengorganisir penetapan Hari Kusta (Leprosy Day). Tahun 1955, ada 150
radio dari 60 negara yang menyiarkan tentang kampanye pemberantasan
penyakit kusta, dimana untuk pertama kalinya orang-orang Afrika (laki-laki,
perempuan dan anak-anak) secara besar-besaran datang berkunjung ke
Leprosaria, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Kusta. Peristiwa ini
terjadi Minggu, yaitu Minggu terakhir Desember 1955.
Karena itu di
Eropa, Hari Kusta Sedunia (World Leprosy Day) ditetapkan Minggu terakhir
Desember. Sedangkan di negara-negara Asia, untuk mengenang jasa-jasa
Mahatma Gandhi yang sangat menaruh perhatian, dan besar jasanya kepada
penderita kusta, Hari Kusta Sedunia ditetapkan pada minggu terakhir
Januari (untuk memperingati terbunuhnya Gandhi).
Masalah kusta
bukan hanya soal kesehatan (medis), tapi juga masalah sosial ekonomi dan
psikologis. Secara sosial ekonomi, penderita kusta sebagian besar adalah
golongan ekonomi lemah. Dengan adanya cacat, memperburuk kondisi
ekonominya karena kehilangan lapangan pekerjaan, kehilangan kesempatan
kerja.
Sedangkan
secara psikologis, bercak, benjolan-benjolan pada kulit penderita
membentuk paras yang menakutkan. Cacat juga memberi gambaran yang
menakutkan, menyebabkan penderita kusta merasa rendah diri, depresi dan
menyendiri bahkan sering dikucilkan oleh keluarganya.
Setelah WHO
merekomendasikan pengobatan kusta dengan regimen MDT, negara-negara di
dunia yang melaksanakan program pemberantasan dengan pengobatan MDT
mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini dapat diketahui lebih dari 10
juta penderita telah disembuhkan. Dari jumlah itu lebih 1 juta penderita
yang dapat diselamatkan dari kecacatan.
Berdasarkan
keberhasilan yang dicapai, pada World Health Assembly (Sidang Kesehatan
Sedunia-WHA) pada Mei 1991, telah mengeluarkan Resolusi No. 449. Yaitu
Eliminasi Kusta Tahun 2000. Eliminasi adalah menurunkan angka kesakitan
lebih kecil dari 1 per 10.000 penduduk dengan strategi penemuan
penderita secara dini, dan mengoboti dengon tepat.
Strategi
penanggulangan kusta ada tiga, yaitu:
1.
Pengembangan lokal spesifik dengan pendekatan berdasarkan besarnya
masalah.
2. Distribusi
MDT secara gratis.
3. Perluasan
MBT melalui integrosi di layanan kesehatan dasar dan rujukan.