|
Ketakutan meskipun secara umum dikatakan bersifat
universal dalam berbagai kelompok masyarakat, tetapi pada kenyataannya orang memberikan reaksi yang agak berbeda bila mengalami
ketakutan. Keyakinan, modelling, budaya dan stimulus yang spesifik dalam budaya
tertentu berperan dalam terjadinya rasa takut dan perasaan yang lain
serta gejala-gejala yang terjadi.
Bagaimana kita mengetahui adanya ketakutan pada
seseorang. Satu-satunya cara adalah dari keluhan orang tersebut yang
disampaikan. Cara lain yang lebih canggih, masih dalam taraf
eksperimental, dan masih terlalu mahal untuk dilakukan dibandingkan
dengan manfaatnya.
Pada ketakutan seperti pada emosi-emosi yang lain
terdapat komponen psikologis dan komponen somatik/badaniah. Ketakutan
akan mengganggu fungsi kita sehari-hari karena itu kita harus berusaha
untuk secepat mungkin menghilangkannya dengan berbagai cara.
Komponen psikologik
ketakutan/kecemasan:
-
Merasa was-was bila berada sendirian di suatu tempat
tertentu. Dirasakan seperti ada bahaya yang akan menimpa. Merasa
was-was bila berpergian, nanti akan terjadi apa-apa di tengah jalan,
atau ada bahaya yang menanti pada waktu pulang atau dirumah.
-
Ketegangan: sering merasa tegang seperti sedang
menantikan sesuatu yang menakutkan, sesuatu yang tidak menyenangkan.
Karena tegang maka penderita lebih mudah terkejut, sering kaget bila
ada suara yang agak keras atau bila terjadi sesuatu yang mendadak,
biarpun itu merupakan suatu hal yang biasa. Bila ketegangan tinggi
akan terjadi gemetar/tremor. Bila berlangsung lama penderita akan
merasa lelah.
-
Konsentrasi berkurang: la menjadi lekas gugup bila menghadapi
suatu tugas atau sesuatu yang baru. Merasa seakan-akan tidak bisa
berpikir, karena itu penderita selalu takut pada penampilannya yang
dirasakan nanti menjadi jelek. Hal ini akan membuat penampilannya
menjadi tidak baik dengan akibat ia menjadi tambah takut.
-
Lekas marah: Penderta menjadi lekas marah mengenai hal-hal yang
sepele sekalipun. Ia menjadi lekas tersinggung. Orang awam
mengatakan ia 'darah tinggi'.
-
Depresi: Dalam praktek ketakutant/kecemasan yang lama sering
disertai dengan depresi. Ia merasa sedih mengapa ia harus takut dan
tidak sembuh-sembuh. Penderita merasa tidak berguna dan tidak
bergairah untuk bekerja dan bergaul. Nafsu makan dan tidur terganggu,
juga nalsu seksualnya menurun.
Komponen somatik ketakutan/kecemasan:
-
Sistem kardiovaskuler: Penderita sering mengeluh tentang
jantungnya yang berdebar-debar sampai dengan rasa nyeri didada.
Tekanan darah dapat meningkat dan pada ketakutan yang menahun dapat
terjadi hipertensi.
-
Sistem gastrontestinal: Terasa nyeri di
epigastrium, terjadi
peningkatan asam lambung, yang bila lama akan menyebabkan tukak
lambung, bahkan ada yang berkembang menjadi gangguan pada usus besar
(kolitis ulserosa). Dalam sistem ini dapat terjadi keluhan mulai
mulut sampai sistem pembuangan kotoran.
-
Sakit Kepala: Sering penderita mengeluh sakit kepala tanpa dasar
kelainan organik. Kepala terasa berat atau timbul 'tension headache'
karena tonus otot-otot kepala meninggi
-
Gangguan tidur: Tidur sering terganggu yaitu terbangun karena
terkejut akibat suara di sekitarnya atau mimpi buruk yang menakutkan.
Penderita sulit jatuh tidur karena masih pikir-pikir terus tentang
peristiwa-peristiwa yang dirasakan mencemaskan.
-
Gangguan seksual: Nafsu seks pada penderita
ketakutan/kecemasan
sebenarnya tidak berkurang. Hanya ia tidak dapat berkonsentrasi
sehingga penampilan seksualnya tidak baik, ereksinya sukar
dipertahankan. Lebih sering terjadi ejakulasi dini.
-
Sistem pernapasan: Sering penderita menarik napas panjang sampai
mungkin terjadi sindroma hiperventilasi. Ia mengeluh napas sesak
atau 'nafas kurang panjang' sehingga perlu ditarik lebih panjang
lagi.
-
Sistem lain: Penderita sering kencing atau mengeluh kencing tidak
lancar. Sakit kepala, penglihatan kabur, kelopak mata bergetar,
suara parau/gemetar atau terputus-putus, mulut kering, tercekik,
berkeringat dingin terutama pada telapak tangan, gemetar.
|
|
|